Dari hasil penelitian diketahui unsur-unsur yang terdapat pada gumpalan
bening tersebut adalah silika oksida (SiO2), kalsium oksida (CaO) dan
natrium oksida (Na2O). Dari proses kejadiannya yaitu perapian di atas
pasir putih yang banyak mengandung kulit kerang, serta bongkahan soda
abu, maka diketahui bahwa bahan gelas dapat dibuat dengan cara
mereaksikan atau meleburkan bahan campuran pasir pantai sebagai sumber
silika (SiO2), kulit kerang sebagai sumber kapur (CaO), dan abu kayu
atau soda abu sebagai sumber natrium (Na2O). Atas dasar penemuan itu,
bangsa Asiria dan Mesir Kuno membuat gelas dari pasir kuarsa, kulit
kerang dan arang kayu. Tetapi gelas yang dihasilkan ternyata sangat
kental sehingga sangat sulit dibentuk dengan cara tiup, sehingga hanya
dapat digunakan untuk membuat manik-manik dan gelang untuk perhiasan.
Hal ini kemudian diketahui bahwa pada arang kayu yang mereka gunakan
mengandung unsur kalium oksida (K2O) dan bukan natrium oksida (Na2O).
Bangsa Venesia mengembangkan pembuatan gelas menggunakan arang rumput
laut sebagai sumber natrium oksida, sehingga gelas yang dihasilkan lebih
encer dan mudah dibentuk dengan cara ditiup. Oleh karena itu, bangsa
Venesia dapat membuat bejana dari gelas untuk keperluan sehari-hari dan
gelas seni yang indah. Pada saat itu gelas masih berwarna hijau dan
coklat yang disebabkan karena tingginya kadar besi dan adanya pewarna
lain dalam bahan baku. Perkembangan teknologi dalam proses peleburan
gelas menggunakan suhu yang lebih tinggi, karena adanya penemuan bahan
tahan api untuk bejana peleburan gelas. Dengan adanya penemuan ini maka
pembuatan berkembang dengan pesat serta menggunakan bahan-bahan lain
seperti pasir kuarsa, batu kapur dan bahan kimia lainnya.
Kota-kota pusat gelas
di dunia adalah Alexandria, Tyre dan Sidon. Seni membuat gelas
berkembang pada pemerintahan Julius Caesar di Romawi , dimana pada zaman
itu barang-barang gelas biasa digunakan di rumah tangga. Pada abad ke
XVI perdagangan glass blower yaitu alat untuk membuat perkakas gelas
secara tradisional sangat maju. Gelas yang dihasilkan dari alat ini
disebut flint glass yaitu gelas dari silika murni hasil karya pengrajin
Venezia. Saat ini penggunaan glass blower terbatas di laboratorium aau
industri kerajinan. Di beberapa negara glass blower ini sudah
dimusiumkan untuk promosi parawisata seperti gelas atau kristal
Stourbridge di Dudby yang diiklankan untuk parawisata tahun 1908. Wadah
gelas dalam bentuk botol dikenalkan oleh seorang dokter untuk sistem
distribusi susu segar yang bersih dan aman pada tahun 1884. Mekanisasi
pembuatan botol gelas besar-besaran pertama kali tahun 1892. Wadah-wadah
gelas terus berkembang hingga saat ini, mulai dari bejana-bejana
sederhana hingga berbagai
bentuk yang sangat menarik. Sebagai bahan kemasan, gelas mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan
kemasan gelas adalah :
- Kedap terhadap air, gas , bau-bauan dan mikroorganisme
- Inert dan tidak dapat bereaksi atau bermigrasi ke dalam bahan pangan
- Kecepatan pengisian hampir sama dengan kemasan kaleng
- Sesuai untuk produk yang mengalami pemanasan dan penutupan secara hermetis
- Dapat didaur ulang
- Dapat ditutup kembali setelah dibuka
- Transparan sehingga isinya dapat diperlihatkan dan dapat dihias
- Dapat dibentuk menjadi berbagai bentuk dan warna
- Memberikan nilai tambah bagi produk
- Rigid (kaku), kuat dan dapat ditumpuk tanpa mengalami kerusakan
Kelemahan kemasan gelas :
- Berat sehingga biaya transportasi mahal
- Resistensi terhadap pecah dan mempunyai thermal shock yang rendah
- Dimensinya bervariasi
- Berpotensi menimbulkan bahaya yaitu dari pecahan kaca.
0 komentar:
Posting Komentar