Footnote (catatan kaki) adalah catatan
di kaki halaman untuk menyatakan sumber suatu kutipan, pendapat, pernyataan,
atau ikhtisar. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penulisan
footnote adalah sebagai berikut.
1. Footnote (Catatan kaki) dari Buku
- Satu Pengarang
1Ade Iwan Setiawan, Penghijauan dengan Tanaman Potensial, Penebar
Swadaya, Depok, 2002, hlm. 14.
- Dua Pengarang
2Bagas Pratama dan T. Manurung, Surat Menyurat Bisnis Modern, Pustaka
Setia, Bandung, 1998, hlm. 50.
2. Footnote (Catatan kaki) dari Internet
3Richard Whittle, “High Sea Piracy: Crisis in Aden”,
Aviation Today, diakses dari
http://www.aviationtoday.com/rw/military/attack/High-Sea-Piracy-Crisis-in-Aden_32500.html,
pada tanggal 31 Mei 2013 pukul 10.47
3. Footnote (Catatan kaki) dari Majalah
4Mochtar Naim, ’’Mengapa Orang Minang Merantau?’’ Tempo, 31
Januari 1975, hlm. 36.
4. Footnote (Catatan kaki) dari Surat Kabar
5Suara Merdeka, 29 Agustus 2005, hlm. 4.
5. Footnore (catatan kaki) dari kutipan Buku
...............................................................
1) Taufiq Ismail, Membaca Puisi, Taman Ismail Marzuki, 30-31 Januari 1980.
2) Kompas, 25 Mei 1981.
5. Footnore (catatan kaki) dari kutipan Buku
Ilmu dan Moral
Penalaran
otak orang itu luar biasa, demikian simpulan ilmuwan kerbau dalam makalahnya,
namun mereka itu curang dan serakah .1) Adapun sebodoh-bodoh umat kerbau, sungguh menggelitik nurani kita.
Benarkah bahwa makin cerdas maka makin pandai kita menemukan kebenaran, makin
benar maka makin baik pula perbuatan kita? Apakah manusia yang mempunyai penalaran
tinggi, lalu makin berbudi sebab moral mereka dilandasi analisis yang hakiki,
ataukah malah sebaliknya: makin cerdas maka makin pandai pula kita berdusta?
Menyimak masalah ini, ada baiknya kita memperhatikan imbauan Profesor Ace
Partadiredja dalam pidato pengukuhannya selaku guru besar ilmu ekonomi di
Universitas Gajah Mada, yang mengharapkan munculnya ilmu ekonomi yang tidak
mengajarkan keserakahan?2)
1) Taufiq Ismail, Membaca Puisi, Taman Ismail Marzuki, 30-31 Januari 1980.
2) Kompas, 25 Mei 1981.
B. Sejarah
dan Perkembangan Hukum Internasional
Hukum internasional sebenarnya sudah sejak lama
dikenal eksisitensinya, yaitu pada zaman Romawi Kuno. Orang-orang Romawi Kuno
mengenal dua jenis hukum, yaitu Ius Ceville dan Ius
Gentium,Ius Ceville adalah hukum nasional yang berlaku bagi
masyarakat Romawi, dimanapun mereka berada, sedangkan Ius Gentium adalah
hukum yang diterapkan bagi orang asing, yang bukan berkebangsaan Romawi.
“Dalam
perkembangannya, Ius Gentium berubah menjadi Ius Inter
Gentium yang lebih
dikenal juga dengan Volkenrecth (Jerman), Droit de Gens (Perancis) dan kemudian juga
dikenal sebagai Law of Nations(Inggris)*)
“Sesungguhnya, hukum internasional
modern mulai berkembang pesat pada abad XVI, yaitu sejak ditandatanganinya
Perjanjian Westphalia 1648, yang mengakhiri perang 30 tahun (thirty years
war) di Eropa. Sejak saat itulah, mulai muncul negara-negara yang
bercirikan kebangsaan, kewilayahan atau territorial, kedaulatan, kemerdekaan
dan persamaan derajat. Dalam kondisi semacam inilah sangat dimungkinkan tumbuh
dan berkembangnya prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum internasional**)
_________
*)Kusamaatmadja Mochtar, Pengantar Hukum
Internasional, (Bandung:Putra Abardin, 1999), p.50.
**)Phartiana I Wayan, Pengantar
Hukum Internasional, (Bandung:Mandar Maju, 2003),p.44.
Diatas merupakan contoh-contoh penulisan Footnote atau Catatan kaki. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam penulisan footnote adalah sebagai berikut.
- Nomor footnote agak diangkat sedikit di atas baris biasa, tetapi tidak sampai setinggi satu spasi. Nomor itu jauhnya tujuh huruf dari margin atau tepi teks, atau sama dengan permulaan alinea baru. Jika catatan kaki terdiri lebih dari dua baris, baris kedua dan selanjutnya dimulai di garis margin atau tepi teks biasa.
- Nama pengarang ditulis menurut urutan nama aslinya. Pangkat atau gelar seperti Prof., Dr., Ir., dan sebagainya tidak perlu dicantumkan.
- Judul buku digaris bawah jika diketik dengan mesin ketik atau dicetak miring jika diketik dengan komputer.
- Jika buku, majalah, atau surat kabar ditulis oleh dua atau tiga orang, nama pengarang dicantumkan semua.
- Jika sumbernya berasal dari internet: Nama depan dan belakang penulis, “Judul dokumen,” nama website, alamat web komplit, tanggal dokumen tersebut di download.
- Pengarang yang lebih dari tiga orang, ditulis hanya nama pengarang pertama, lalu di belakangnya ditulis et al., atau dkk.
Dalam menuliskan footnote, adakalanya digunakan
singkatan-singkatan tertentu, yaitu :
- ibid, kependekan dari ibidem yang berarti ‘di tempat yang sama dan belum diselingi dengan kutipan lain’.
- op.cit., singkatan dari opere citato, artinya ’dalam karangan yang telah disebut dan diselingi dengan sumber lain’.
- loc.cit, kependekan dari loco citato, artinya ‘di tempat yang telah disebut’. loc. Cit digunakan jika kita menunjuk ke halaman yang sama dari suatu sumber yang telah disebut.
Perhatikan pemakaian ibid., op.
cit., dan loc. cit., dibawah ini.
- 1Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999, hlm. 8.
- 2Ibid., hlm. 15 (berarti dikutip dari buku di atas)
- 3Ismail Marahimin, Menulis secara Populer, Pustaka Jaya, Jakarta, 2001, hlm 46.
- 4Soedjito dan Mansur Hasan, Keterampilan Menulis Paragraf,Remaja Rosda Karya, Bandung, hlm. 23.
- 5Gorys Keraf, op. cit. hlm 8 (buku yang telah disebutkan di atas)
- 6Ismail Marahimin, loc. cit. (buku yang telah disebut di atas di halaman yang sama, yakni hlm. 46)
- 7Soedjito dan Mansur Hasan, loc. cit. (menunjuk ke halaman yang sama dengan yang disebut terakhir, yakni hlm. 23)
Tambahan buat catatan kaki dalam Novel
Contoh Catatan Kaki Dalam Novel
..Sebenarnya, aku cukup lama kenal sama Anto, tapi baru kali ini aja
punya waktu berduaan. Lama-lama, kayaknya kita bisa cocok bahkan
melanjutkan ke jenjang yang lebih serius. Ada hal yang menarik dari diri
Anto.
Selama kenal dia [dan diam-diam meneliti perilaku teman-teman
sekelas] sebenarnya dia termasuk ke dalam kasta orang yang
termaginalkan, tersisihkan, dan tertindas. Rada heran juga dia sekarang
baik bener. Harusnya, dia membenci atau bahkan mensyukuri kesengsaraan
diriku ini. Gimana gak. Dalam satu minggu, dia yang paling sering
digangguin, dijadiin bahan ketawaan, dan lain sebagainya. Si Anto
lama-lama bisa jadi Vijay Singh (1).
Orang-orang (termasuk aku) hobi banget ngasih nickname asal buat
si Anto. Misalkan, Anto biadab, Anto = anak tolol, Anto bodoh, dan lain
sebagainya. Gak cuman penindasan nama baik, penindasan fisik pun dia
sering terima. Kayak keseringannya dia dipukilin (maksudnya sih becanda)
cuman gara-gara salah ngomong (dengan maksud Anto, becanda juga).
"Ada yang tau istilah sarkofagus(2)?"
waktu itu Pak Guru Sejarah bertanya, setelah setengah jam menerangkan
pelajaran kepada para murid, yang direspon dengan uapan (maksudnya
menguap) dan rasa bosan tingkat tinggi. Bahkan disinyalir sampai
menimbulkan sindrom seringnya-permisi-mau-ke-belakang-Pak.
Tanpa mengacungkan tangan, si Anto nyeletuk dari bangku belakang "Tempat dayang-dayang bersemayam." Suasan menjadi cair!
Kebanyakan orang, tanpa instruksi apa-apa, langsung bergerak ke bangku
si Anto [dia duduk sendirian] untuk sekedar menjitak, menjambak rambut,
bahkan memukul (meskipun maksudnya becanda) dan yang cewek menimpuk pake
kertas. Aku pun sama si Budi sempet-sempetnya [dari bangku jajaran
depan] ikut mengigit kakinya (?). (Padahal kita gak tahu kenapa kita harus melakukan itu)
"Hey. Hey. Kalian apa-apaan." Pak Mar langsung meredakan suasana.
Anak-anak biadab (including me) langsung kembali duduk ke bangku
masing-masing sambil ketawa-tawa. Terhibur. Si Anto cuman nyengir sambil
merapihkan bajunya yang kusut. (Aku cuman gak habis pikir. Di tiap
kelas di sekolahan, di mana pun itu, pasti ada aja orang yang termasuk
spesies si Anto, bener gak?)
(1) Seorang anak berumur 13 tahun.
Korban penindasan teman-teman sekolahannya, yang menggantung diri pada
pegangan tangga di rumahnya. Berikut catatan terakhir dari buku harian
sang korban. Senin: uangku diambil. Selasa: namaku diolok-olok. Rabu:
seragamku dirobek-robek. Kamis: tubuhku bersumbah darah. Jumat: semua
berakhir. Sabtu: kebebasan. *dikutip dari buku Penindas, Tertindas, Dan Penonton, karangan Barbara Colloroso
(2) Peti mati purbakala
Itu lah cara membuat dan contoh catatan kaki
Sumber :
http://sihitepanderaja.blogspot.com/2012/12/contoh-catatan-kaki-dalam-novel.html
http://rethno23.blogspot.com/2013/05/cara-penulisan-footnote-catatan-kaki.html
1 komentar:
Hanya satu kata yang bisa saya katakan terimakasih banget
Posting Komentar