Agama Tao merupakan Agama yang berasal dari Tiongkok. Dari data-data
yang ada, maka Agama Tao termasuk agama yang tertua di dunia ini,
umumnya diakui sudah ada sejak 7000 tahun yang silam, dan juga merupakan
agama yang dianut oleh sebagian besar orang Tionghoa, ini tercermin
dari tulisan LU XUN seorang budayawan kondang, dimana beliau menulis
bahwa Agama Tao adalah agama dan akar utama dari kebudayaan Tionghoa.
Umumnya Agama Tao diyakini : Berasal dari Kaisar Kuning (Wang Di),
dikembangkan oleh Lao Zi dan terorganisasi menjadi sebuah institusi
Keagamaan (Agama Tao) yang lengkap oleh Zhang Tao Ling.
Agama Tao selain telah berjasa dalam menjaga keharmonisan hidup
bermasyarakat di Tiongkok selama beribu-ribu tahun. Juga telah
memberikan banyak sumbangan terhadap kemajuan sastra, budaya, ilmu
astronomi, ilmu pengobatan, filsafat dan cara berpikir masyarakat
Tionghoa dimanapun mereka berada.
Pada jaman FU XI sekitar tahun 5000 SM, FU XI telah menggunakan teori
dan perhitungan BA-KUA (Delapan Penjuru) untuk menjelaskan tentang
sistem Astronomi, menentukan hal-hal yang penting yang berhubungan
dengan ramalan kehidupan seseorang, serta menentukan cara-cara ritual
penyembahan Dewa/Dewi.
Sampai pada jamannya WANG DI (Kaisar Kuning) 2698 SM, mulai
dikemukakan teori tentang kaidah-kaidah alamiah dan teori tentang
masalah kehidupan dan kematian. WANG DI juga merupakan tokoh yang
pertama menjalankan pemerintahannya berdasarkan ajaran TAO (道).
Sejak WANG DI sampai 1500 tahun berikutnya, setiap pemimpin yang
menggantikan pemimpin lainnya selalu memerintah masyarakatnya dengan
teori ajaran WANG DI, antara lain : Menghormati TIAN dan menjunjung
tinggi Sopan-santun dalam bermasyarakat (WANG DI ZHI TAO / Filsafat
ajaran WANG DI).
Pada jaman Dinasti Kerajaan Chow, muncul seorang bijaksana yang
mempunyai nama besar yaitu LAO ZI. Beliau pernah bertugas sebagai
pejabat yang menjaga dan merawat perpustakaan buku-buku yang dimiliki
kerajaan Chow. Karena itu beliau mempunyai kesempatan untuk membaca
semua buku-buku dan menguasai teori-teori yang diajarkan oleh WANG DI.
Ini membuat beliau sangat menyanjung keagungan alam yang telah
menghidupi semua makhluk hidup, termasuk manusia, namun beliau juga
mengajarkan bahwa dibalik semuanya itu pasti ada yang menciptakannya
yang bersifat maha Agung; maha Mulia dan maha Esa, hanya saja sulit bagi
beliau untuk memberikan sebutan atau nama yang tepat bagi Pencipta Alam
Semesta yang maha Besar ini.
Akhirnya LAO ZI meminjam kata “TAO” (),
untuk memberi nama bagi “SUMBER” dari segala sesuatu yang tercipta di
alam semesta ini. Menurut LAO ZI; TAO adalah sumber terciptanya segala
sesuatu yang ada dalam alam semesta ini. Cara berpikir beliau jauh
melampaui jamannya ketika itu, ditambah ajaran-ajarannya yang menjunjung
tinggi kebajikan dan menentang kebiadaban, maka akhirnya ajaran LAO ZI
bersama-sama ajaran WANG DI dikenal orang sebagai Ajaran WANG-LAO
(WANG-LAO TAO / Filsafat ajaran Wang Di dan Lao Zi) sampai sekarang.
Ajaran Wang-Lao (Wang-Lao Tao) ini makin berkembang dan mengakar di
hati masyarakat, akhirnya dianut oleh hampir setiap orang terpelajar dan
cendekiawan jaman itu, salah satunya adalah CHUANG ZI.
Pemujaan terhadap LAO ZI sudah dimulai sejak jaman Dinasti JIN HAN,
saat itu kegiatan keagamaan dan upacara ritual keagamaan sudah
berkembang sedemikian lengkapnya. Pada jaman Han Barat, masyarakat hidup
makmur dan sentosa berkat semua pemimpin kerajaan menganut dan
menjalankan ajaran WANG-LAO TAO.
Sampailah pada jaman Han Timur (Tong Han), ada seorang bernama Zhang
Tao Ling yang dengan sungguh-sungguh mempelajari semua ajaran TAO dan
ilmu keDewaan, beliau juga berhasil membuat pemilahan-pemilahan dan
menyusun peraturan-peraturan tentang cara-cara upacara ke Agamaan TAO,
mengajarkan cara-cara bagaimana seharusnya menggambar HU dan
menuliskannya dalam buku-buku yang baku untuk kepentingan pengajaran
kepada pengikut-penganutnya.
Sehingga terbentuklah sebuah organisasi kemasyarakatan yang berbasis
Agama TAO yang pertama sejak itu. Selanjutnya semua kegiatan
keagamaannya selalu secara resmi menggunakan nama AGAMA TAO.
Pengikut-pengikutnya disebut sebagai umat TAO (TAO SHI).
Zhang Tao Ling juga menggunakan nama lain, selain Agama Tao, yaitu
Thian Zhi TAO dan terutama aktif di daerah Si Chuan, penerusnya juga
menyebarkan agama TAO di daerah Jiang Si di daerah Long Hu San / Gunung
Naga Harimau, sebelah selatan dari sungai Zhang Jiang.
Sejak itu Agama TAO selalu mengajarkan umatnya untuk memupuk dan
mempunyai sifat-sifat yang Jujur, Tulus dan Welas Asih, serta tidak
boleh menyakiti orang lain.
Orang kalau sakit atau bersalah, bila ingin sembuh dan minta
pertolongan di dalam Agama TAO, maka diharuskan pertama kali untuk
mengakui kesalahannya atau perbuatan tidak baiknya, baru kemudian diberi
pengobatan ataupun nasehat bahkan diajak Semedi dan mawas diri untuk
kesembuhan dirinya.
Agama TAO terutama mengajarkan sifat Qing Jing Wu Wei, suatu sifat
dimana orang dianjurkan untuk selalu berusaha berbuat sesuatu demi
kepentingan bersama, namun tetap menjaga sikap mental yang tulus tanpa
pamrih!, selain itu juga selalu mawas diri dalam usahanya mengajak
masyarakat supaya mampu menjaga keharmonisan kehidupan masing-masing.
Sifat demikianlah yang antara lain ikut mendorong terbangunnya
klenteng-klenteng yang bisa dipakai untuk menginap bagi orang-orang yang
sedang bepergian jauh, serta menyediakan makanan cuma-cuma bagi yang
menginap di sana, ini semua bertujuan untuk melayani dan memudahkan
masyarakat pada jamannya, sehingga sangat mendapat dukungan dari segala
lapisan masyarakat.
Pada jaman Dinasti DHANG, Agama TAO berkembang pesat sekali, sehingga
raja pun menetapkan adanya pejabat khusus setingkat Menteri untuk
mengurusi semua persoalan yang berhubungan dengan Tao Kuan dan
Klenteng-klenteng yang ada pada saat itu.
Selain itu juga setiap tahun diadakan semacam ujian untuk mengangkat
orang-orang yang ahli dalam pengetahuan tentang Tao (Istilahnya XIAN
SIEK POK SHI = Profesor Keagamaan dalam Agama Tao), sebagai penasehat
resmi kerajaan.
Keadaan ini berkembang terus sampai jaman Dinasti SONG, umumnya
raja-raja dan keluarga raja semuanya menganut Agama Tao, sehingga boleh
dikatakan merupakan jaman keemasan bagi Agama TAO saat itu. Sejarah
mencatat bahwa jaman Dinasti DHANG dan Dinasti SONG, banyak menghasilkan
Tao Shi (Pendeta / Ahli Agama TAO) yang sangat bijaksana dan mumpuni,
dimana cerita mereka itu banyak bisa dijumpai dalam buku-buku yang
menulis tentang Agama TAO.
Pada jaman Dinasti CIN, di Tiongkok utara lahirlah 3 aliran Agama TAO
yang baru yaitu : Aliran QUAN ZHEN; Aliran ZHEN DA; Aliran DAI YI.
Diantara 3 aliran itu, QUAN ZHEN TAO JIAO (Agama TAO aliran QUAN ZHEN)
berkembang paling pesat dan mempunyai pengaruh yang sangat luas.
Dari QUAN ZHEN TAO JIAO lah muncul seorang tokoh yang bernama JIU JU
CIE, beliaulah yang pada jaman Dinasti YUAN, berhasil mempengaruhi dan
mengajak Raja YUAN yaitu JENGIS KHAN, untuk menerima dan percaya kepada
ajaran Agama TAO.
Pada akhir jaman Dinasti YUAN, popularitas Agama TAO mulai menurun di
kalangan keluarga kerajaan, sehingga terjadilah peristiwa pembakaran
buku-buku Agama TAO, hal ini tentu sangat merugikan citra dan
menimbulkan kemarahan umat Agama TAO dikemudian hari.
Keadaan ini dimanfaatkan oleh CU YUAN CHANG untuk bisa segera
memperoleh dukungan masyarakat dalam usahanya manggulingkan Dinasti YUAN
dan mendirikan Dinasti MING.
Setelah CU YUAN CHANG berhasil memanfaatkan umat Agama TAO dalam
mendirikan kerajaan MING, beliau sangat mengetahui bahwa Agama TAO
sangat menjunjung tinggi sifat Kebajikan dan Kebebasan serta sangat Anti
Kediktatoran (karena kediktatoran sangat bertentangan dengan sifat
alamiah), hal ini sangat ditakuti oleh CU YUAN CHANG, sebab beliau
sebetulnya lebih suka menjalankan kekuasaannya secara Tirani.
Maka di depan umum Cu Yuan Chang kelihatan sangat mendukung
berkembangnya Agama TAO, namun secara diam-diam beliau berusaha
melakukan segala cara untuk menekan Agama TAO, ini terbukti karena Cu
Yuan Chang akhirnya hanya mengijinkan Agama TAO untuk menyebarkan ajaran
tentang cara-cara / upacara menyembah Dewa / Dewi serta cerita-cerita
tentang Ilmu pengetahuan KeDewaan, tapi sama sekali dilarang untuk
mengajarkan filsafat dan ilmu pengetahuan dari Agama TAO yang lebih
dalam. Hal ini tentu sangat memukul perkembangan Agama TAO, dan memicu
berkembangnya dampak negatif bagi citra Agama TAO dikemudian hari.
Ketika kerajaan MAN QING menjajah Tiongkok dan mendirikan Kerajaan
QING, sebagai penjajah mereka sangat takut terhadap ajaran Agama TAO
yang sangat bersifat Kerakyatan dan menjunjung Kebijakan dan Kebebasan
serta anti Kediktatoran.
Sehingga mereka juga melarang usaha penyebaran ajaran filsafat dan
ilmu pengetahuan Agama TAO yang sebenarnya, namun sengaja membiarkan
orang-orang yang mengatasnamakan Agama TAO untuk menonjolkan Ketahyulan,
berkeliaran utnuk menyebarkan kesesatan diantara anggota masyarakat
dengan tujuan memfitnah Agama TAO, orang yang demikian itu biasanya
disebut Wu Bo (Dukun Perempuan) ataupun Shen Han (Dukun Pria).
Karenanya sejak itu, citra Agama TAO menjadi sangat jelek dan
ketinggalan jaman, dampaknya terasa sampai kurun waktu yang lama sekali,
sekarang ini masih ada sebagian orang terpelajar, yang karena belum
mengerti apa sebenarnya Agama TAO, dengan mudahnya meremehkan AgamaTAO
sebagai Agama yang bersifat tahyul dan ketinggalan jaman, sebab pada
dasarnya mereka belum bisa membedakan antara Tao Shi dengan dukun.
Syukurlah sesuai dengan kemajuan jaman, akhir-akhir ini semua sudah
mulai berubah ke arah yang positif, para umat penganut Agama TAO mulai
menyadari kesalahan sikap diamnya selama ini, sehingga dimana-mana umat
TAO mulai membenahi diri dan dengan gigih menyebarkan ajaran Agama TAO
yang sebenarnya, walaupun masih harus menghadapi banyak kendala di
lapangan.
Di luar Tiongkok dan Taiwan, ada beberapa negara yang umat Agama TAO
nya sangat aktif dan berkembang antara lain: Singapore (Taoist
Federation Singapore), Korea, Jepang, Philipina, Malaysia, Thailand,
Vietnam, Indonesia, dll.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar