Jepang di Mata Seorang Kubilai Khan

Kepulauan Jepang di masa lalu beserta masyarakatnya dinilai sangat tinggi oleh Kaisar Mongol yang terkenal – Kubilai Khan.
Seperti yang diceritakan dalam sejarah, Dinasti Yuan (Kekaisaran Mongol Timur) yang dipimpin oleh Kubilai Khan telah dua kali melakukan invasi ke Jepang. Invasi pertama tahun 1274 M, sedangkan invasi kedua tahun 1281 M. Sementara invasi untuk menaklukkan Nusantara dilakukan pada tahun 1293 M.
Imperium Mongol saat itu telah terbagi dua. Kekaisaran Mongol Barat di bawah Hulagu Khan (sebagai Khan Kecil atau Ill Khan) dan Kekaisaran Mongol Timur di bawah Kubilai Khan (Khan Besar). Pada masa Kubilai inilah Mongol mencapai puncak kebesarannya, sekaligus awal dari kemunduran sebuah dinasti. Setelah kerajaan Sung Selatan berhasil ditaklukan (1279 M), Kubilai menamakan kekaisarannya dengan nama dynasti Yuan. Dynasti Goryeo (Koryo atau Korea) juga tunduk menjadi kerajaan satelit Mongol. Dinasti Yuan beribukota di Beijing dimana Kubilai menyebut ibukota kekaisaran dengan nama The Forbidden City – (Daidu atau Ta-tu, Marco Polo dalam bukunya The Travels mencatatnya Khanbalik), serta membangun sebuah  istana musim panas yang megah di Shangtu atau Xanadu – pada 1264 M.
Tahun 1266 M, Kubilai mengirimkan surat kepada penguasa Jepang Shikken Hojo Tokimune. Isi suratnya meminta agar Shogun mengakui kebesaran Mongol dan takluk di bawah naungan Bendera Srigala. Namun utusan Kubilai kembali dengan tangan hampa.
Tahun 1268 M, dikirimlah utusan kedua dengan maksud yang sama. Utusan kedua ini kembali pulang dengan jawaban kosong. Hojo Tokimune tidak memberikan jawaban. Tercatat dalam sejarah Jepang, Kubilai mengirim utusan berkali-kali yakni pada tanggal 7 Maret 1269, 17 September 1269, September 1271 dan May 1272. Seluruhnya ditolak tanpa jawaban.
Invasi ke Jepang pertama, 1274 M
Sebenarnya, Kubilai sudah gregetan ingin menyerbu Jepang sejak utusannya yang kedua kembali tanpa jawaban tahun 1268. Tetapi apa daya, Mongol tidak mempunyai armada laut. Jadi, Khan lalu mengulur waktu untuk mempersiapkan diri. Kubilai lalu menikahkan pangeran dari Goryeo dengan salah satu saudara perempuannya. Dengan bantuan dari Koryo atau Goryeo inilah, Kubilai bisa menyiapkan armada laut. Saat itu kepandaian orang Goryeo dalam pembuatan perahu adalah yang terbaik, melebihi kepandaian orang Sung.
1272 M, Chungyeol dari Goryeo mengabarkan kepada Khan bahwa kerajaan Goryeo telah mempersiapkan 150 buah kapal besar yang siap digunakan untuk menaklukkan Jepang. Memang sih, hubungan Jepang dan Goryeo dari nenek moyangnya dulu tidak pernah akur (bahkan hingga kini masih bersengketa memperebutkan sebuah pulau kecil). Jadi, wajar saja kalau Goryeo dengan senang hati membantu Kubilai menyerbu Jepang. Di samping kapal Korea, Khan juga membangun armada laut dengan bantuan tenaga ahli dari bekas kerajaan Sung.
Akhirnya, pada 1274, armada Yuan bertolak menuju Jepang. Diperkirakan sekitar 15.000 pasukan Mongol & China – berikut 8.000 orang prajurit Goryeo turut serta dalam invasi ini. Mereka ditampung dalam 300 kapal layar besar dan 400-500 kapal kecil. Rombongan ini berhasil merapat di Tsushima dan Iki, dan tanpa kesulitan berhasil menggondol banyak perempuan untuk disimpan dalam kapal.
19 November 1274. Balatentara Mongol tiba di Teluk Hakata (Hakata Bay), jalur terdekat ke menuju ibukota Kyushu. Hari itu dalam catatan sejarah dikenal dengan “Battle of Bun’ei” atau sering juga disebut “Battle of Hakata Bay”.
Jelas sekali disebutkan dalam catatan sejarah, betapa pasukan Shogun tidak siap untuk serbuan ini. Shogun saat itu tidak memiliki seorang jendralpun yang mampu mengorganisir pasukan dan mempunyai pengalaman perang yang mumpuni. Yang terjadi adalah perang sampyuh – one by one – duel sampai mati. Sudah bisa diperkirakan bahwa dalam waktu singkat Shogun akan dapat  ditaklukan. Pasukan Jepang kalah segala-galanya. Hanya satu yang dimiliki orang Jepang, semangat patriotik dari orang yang kepepet! Maka, Hakata Bay dipertahankan dengan darah, sejengkal demi sejengkal. Namun dalam hal kenekatan dan keberanian Mongol tidaklah kalah. Dalam sehari itu, pasukan samurai yang mempertahankan Hakata Bay dihancurkan, sisanya bersembunyi.
Malampun menjelang. Pasukan Mongol beristirahat di atas kapal dan di pantai yang berhasil mereka kuasai. Dan keajaiban datang dalam bentuknya yang tak terduga. Alam bergejolak menunjukkan kekuasaannya. Topan super menyapu Hakata Bay di tengah malam. Suaranya seperti nyanyian kematian. Saat pagi menjelang, terlihat bahwa lebih separuh kapal armada Yuan lenyap tanpa bekas, pasukan Mongol porak poranda.
Pasukan Jepang tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Pasukan Mongol yang tersisa di pantai dalam kondisi compang-camping setelah selamat dari badai topan dibantai tanpa ampun. Banyak perahu Mongol yang juga dihancurkan, dan hanya sedikit yang mampu kembali untuk mengabarkan kekalahan. Jendral  Kim Bang Gyeng kembali ke Goryeo dan mempersembahkan 200 anak lelaki dan perempuan hasil pampasan sebagai budak kepada Raja Korea.
Tokimune, belajar banyak dari kemenangan ini. Ia lalu mulai mengorgansir pasukan, menyebarkan ajaran Zen Budhisme dan menanamkan semangat bushido di kalangan para samurai Jepang. Tahun 1276, Kamakura membangun dinding pertahanan setinggi dua meter di setiap titik vital di Hakata Bay. Sebuah persiapan untuk menghadapi serbuan Mongol berikutnya. Mereka percaya, Kubilai pasti akan murka dengan kekalahannya dan akan kembali.
Kubilai Khan sebenarnya lelah untuk berperang terus. Maka ia lalu mengirim 5 orang utusan pada bulan September 1275 ke Kyushu. Hasilnya nihil. Tokimune bahkan membunuh semuanya. Kuburan ke-5 utusan Mongol itu masih terpelihara hingga sekarang.
29 July 1279, kembali 5 orang utusan Kubilai datang menemui Shogun. Nasib mereka sama saja. Dipenggal di Hakata. Tokimune siap menghadapi amukan Mongol. Ia memerintahkan semua kuil dan sanggar pemujaan mendoakan para prajurit dan samurai Jepang dalam menghadapi Mongol. Peristiwa doa bersama ini terjadi pada tanggal 21 Februari 1280.
Invasi ke Jepang kedua, 1281 M
Wilayah Kekaisaran Mongol di era Kubilai Khan
Pada musim semi 1281 M, Armada Timur atau disebut juga Armada Laut Yangtze Selatan membawa pasukan Mongol & China menuju Jepang. Mereka akan bertemu dengan Armada Goryeo di teluk Hakata. Tidak tanggung-tanggung, Kubilai mengerahkan 200.000 orang prajurit dengan lebih dari 3000 kapal besar dan kecil. Suatu armada laut yang hingga 650 tahun kemudian tidak tertandingi. Kebesaran armada Yuan saat itu hanya bisa dilampaui oleh Armada Sekutu pada peristiwa Pendaratan Normandia dalam Perang Dunia II.
Bahkan para samurai yang telah bertahun mempersiapkan diri dalam benteng-benteng tembok menjadi ciut nyalinya. Tidak ada harapan bagi Shogun.
Battle of Koan. Sering juga disebut “The Second Battle of Hakata Bay”. Para prajurit Shogun dan samurai sudah berkecil hati. Mereka bagaikan kumbang mengitari unggun api. Maju berperang adalah bunuh diri. Tak sebanding. Tetapi, suratan takdir berbicara lain.
KAMIKAZE
Kata-kata ajaib yang kemudian mengakar dalam benak rakyat Jepang hingga Perang Dunia II. Sejarah yang diceritakan turun-temurun. Ya, itulah kata yang diucapkan oleh para samurai saat mereka dari balik tembok perlindungan menyaksikan kembali kedatangan Dewa Penolong – topan super!! Sejarah kembali berulang.
Pasukan Mongol kembali harus berhadapan dengan kekuatan alam yang maha dahsyat. Kamikaze, a massive typhon, menghajar Hakata Bay sepanjang pesisirnya, meluluh-lantakkan semua yang ada di atas tanah dan di atas air. Mongol kehilangan duapertiga armada laut dan pasukannya.
***
Kejadian ini mencoreng muka Kubilai Khan. Dalam waktu yang tidak terlalu lama setelah  invasi ke Jepang, Kubilai ingin mengembalikan wibawa. Kubilai kembali mengirim utusan ke Nusantara - 1289, namun Raja Jawa saat itu – Prabu Kertanegara – menolak takluk. Tiga kali pengiriman utusan telah ditolak, bahkan utusan terakhir – Meng Qi – dirusak mukanya oleh Sang Prabu Kertanegara.
Dalam hal keberanian sebenarnya Kertanegara tidak kalah oleh Shogun di Jepang. Tetapi lucunya, mengapa Kubilai hanya mengirim 20.000 prajurit Mongol dengan jendral kelas 2 untuk menaklukkan Jawa? Apakah karena jendral-jendral utama Mongol yang dikirim ke Jepang banyak yang tidak kembali atau dihukum mati? Atau barangkali saat itu Kubilai menganggap ketangguhan kerajaan Jawa dan manusia Melayu di Nusantara hanya 10% kehebatan bangsa Jepang??
Kubilai kembali harus menelan kegagalan. Di tanah Jepang Kubilai kehilangan duapertiga armadanya, di Jawa (1293 M) ia kehilangan sekitar seperlima pasukannya. Keduanya adalah kegagalan yang mengikis kekuasaan Mongol di daratan China. Mongol secara alamiah memang tidak mempunyai armada yang tangguh di laut. Semua perahu, nakhkoda bahkan kelasinya hanya pinjaman dari Goryeo atau eks armada Sung yang juga tidak berpengalaman berperang di samudra.
Sejarah telah berbicara. Kubilai bukan orang yang mudah menyerah. Logika sejarah mengatakan, kalau mengikuti style temperamen Kubilai, ia pasti akan mengirimkan armadanya kembali untuk membalas kekalahan di Tanah Jawa. Bukan type seorang Kubilai untuk menyerah kalah. Ahh ….kalau saja …

Kalau saja Kubilai Khan tidak sakit-sakitan (dan akhirnya mangkat pada 1294 M)…
_________________
Sumber tulisan dan sebahagian photo :
1. Mongol Empire
, klik di sini
2. Kamikaze
, klik di sini

0 komentar:

Posting Komentar